Cerita Motivasi : Pilihan
Karya
: Ridho Rinumpoko
Hari
menunjukkan pukul 1siang. Drap.. Drap terdengar langkah kaki yang melangkah
keluar dari sebuah sma, seraya membuka sebuah pesan yang tertera diponselnya.
"Nanti kamu datang
ditaman alun-alun serta membawa obat asma ya.. Jangan lupa jam 5 sore
tepat" pesan yang tertera pada ponsel tersebut tersebut yang dikirim oleh
kakak sepupunya.
"Hah.. Padahal hari ini
ulang tahunku" pikir roni. Diapun bergegas menuju sebuah apotek dengan
membawa uang 5000. Sampai disana roni bertanya pada petugas disana
"Mbak, harga obat asma
berapa?" tanya roni
"5000 dek.. " jawab
petugas wanita
Mendengar hal
itu, roni cukup kaget, padahal rencana uang itu digunakan untuk mentraktir temannya
karna hari ini dia ulang tahun
"Gak jadi beli mbak..
Makasih" kata roni spontan
Diapun bergegas
meninggalkan apotek seraya pulang kerumah untuk siap-siap. Dia tak sabar untuk menerima kejutan.
"Assalamualaikum.. Nek?
Nenek?" teriak roni memanggil neneknya.
"Nenekmu sedang keluar!"
jawab salah seorang tetangga yang kebetulan lewat.
"Oh.. Makasih bulek"
jawab roni.. Ronipun segera mandi lalu dia mendapat pesan dari temannya :
"Roni selamat ulang
tahun.. Nanti pukul 07.00 malam pergi ke sma kita rayakan ultahmu sama-sama.
Nanti biaya makan2 akan ditanggung oleh teman2mu"
Membaca pesan
tersebut roni sangat girang dan bergegas ganti baju dan menyimpan uangnya tadi
dirumah dan hanya membawa 2000.
Setelah ganti
baju Ronipun segera membalas
sms temannya : "Aku
jam 6 stand by disana " dengan wajah berseri-seri.
Dia pun langsung
pergi kesana pukul 05.00 sore. Memang,
jam 5 terlalu awal untuk siapa saja. Tetapi, Roni juga tidak punya kegiatan
lain. Hadir lebih awal sangat tepat baginya. Sembari membayangkan kejutan
meriah dari teman-temannya.
Roni sudah duduk
menunggu teman-temannya, tapi sudah jam 08.00 tak ada satupun temannya yang
datang. Dia hanya duduk termenung,
hingga waktu menunjukkan pukul 09.00. Lapar dan
hauspun mulai menyerang perut Roni.
Makanan mewah dari temannya yang dibayangkan ronipun seolah-olah mulai sirna
terhapus oleh air mata yang menetes lembut karena kecewa. Dia sangat ingin sekali
merayakan ultahnya, tapi disisi lain dia sangat lapar. Bimbang? Itulah yang
saat ini melanda roni. Membeli
makanan dengan
harga 2000 untuk menghilangkan rasa lapar atau
membeli sebuah lilin untuk merayakan pestanya seorang diri. "Lebih
baik membeli lilin karena
ulang tahunku 1 tahun
sekali.
Daripada membeli
makanan, karena
makanan bisa dibeli kapan saja"
piker Roni dalam hatinya.
Akhirnya roni
membeli sebuah lilin dan korek lalu dibawanya kerumah untuk dirayakannya
sendiri. Tanpa teman-temannya, tetangganya. Tanpa siapapun.
Mungkin sangat ironis jika merayakan sendiri. Namun, lebih ironis lagi jika
Roni hanya diam dan menunggu sesuatu yang menjadi bualan teman-temannya. Bualan
menjijikan yang menghancurkan rasa kepercayaannya kepada teman-temannya. Bualan
yang membuat Roni semakin membenci dirinya sendiri. Semudah itukah dia ditipu?
Roni menyalakan
sebual lilin di dalam
kegelapan malam. Di rumah nan
senyi, sepi. Menanggung sendiri dinginnya malam. Membiarkan angin lewat menusuk
ke dalam badannya. Membuat dadanya sesak. Begitu perih, yang harusnya tidak dia
rasakan pada waktu yang harusnya menjadi kenangan paling bahagia. Tapi kini
percuma. Hatinya sudah hancur. Terlalu lama dia kekecewa.
Dia mencoba
tersenyum dan bernyanyi untuk menghilangkan kesunyian. Nyanyian kecil yang mustahil mengembalikan hatinya
yang mungkin tak lagi utuh.
"Selamat ulang tahun Roni.. Selamat ulang
tahun Roni.. Selamat ulang..
Sela...mat.. Uh ..uh" Roni tak
sanggup lagi bernyanyi untuk dirinya. Api yang memancar
terang dari sebuah lilin mati padam seketika.
Air mata Roni
yang berlinang memadamkan satu-satunya
sinar yang menerangi Roni. Dia tak tahan lagi menahan perih yang dideritannya. Sangat perih. Tangannya memegang erat baju di
dadanya. Dengan pelan, Roni kembali bernyanyi.
"tiup...
Lillinnya.. Ti ... Tiup.. Li..lilinnya seka..rang juga uh..uh" Sambil menangis Roni meniup sebuah lilin
yang sudah padam tersebut. Konyol. Ingin
sekali, Roni meluapkan emosinya. Tapi kepada siapa?
Akhirnya dia mengambil uang 3000 sisa. Dan mau membeli makanan untuk mengobati
lapar serta siapa tau hatinya dapat kembali sembuh. Waktu menunjukkan pukul 23.00
hal itu menunjukkan jika ultahnya akan segera berakhir. Belum dia keluar rumah
, tiba-tiba pesan masuk dari kakak
sepepunya dengan kaliamy yang menyayat hati.
"Ron.. Kau ada dimana?
Hah? Apa kau tak datang tadi sore jam 5 di Alon-alon...."
Astaga !! Roni
kaget bukan main. Dia lupa jika dia disuruh menemui seseorang di Alon-alon. Diapun melanjutkan
membaca pesan
"Apa kau juga lupa
membeli obat asma. Apa kau tak sadar !! Nenek sudah menunggumu dari jam 5 !!
Apa kau tak tau!! Ini sudah jam berapa???"
Jrass.. Seperti
puluhan juta jarum menusuk hatiku setelah membaca pesan tadi. Aku tak menyangka
jika nenek yang menungguku ! Aku tak menyangka jika nenekku menungguku sejak
jam 5 sore.. Dan sekarang sudah jam 23.30 .. Aku sangat bersalah !! Aku jadi
tak tau harus kuapakan otak bodoh ku ini !! Aku membiarkan seseorang nenek
sendirian disana !! Ditambah lagi .. Obat asmanya?? Uangku tak cukup untuk
membelinya !! Otakku blank !! Aku bergegas berlari sekuat tenaga untuk menemui
nenekku dialon-alon !! Tak ada yang kufikirkan kecuali satu,
"Apakah nenek masih
disana??"
Segera
mungkin aku berlari. Aku benar-benar tak peduli dengan air mata yang tidak mau
berhenti menetas. Kucari nenek. Hingga sampai auberdiri
disebuah alon-alon yang telah dijanjikan.
Sepi, sunyi! Tak
ada nenek disini!
"Wajar saja nenek tak ada. Dia sudah menungguku
dari jam 5 sampai dan sekarang pukul 24.00" pikir Roni.
Lalu dimana
nenek? Roni bingung. Beranjakpun
sekarang susah. Tak terasa untuk kedua kalinya dia
meneteskan air mata. Ingin
rasanya roni berteriak,
"Nenek!!! Maafkan aku!"
Tiba2..
Suara langkah kaki terdengar.. Srek.. Srek dari belakang Roni
"Ron.. Roni kau sudah
datang" Kata
seseorang yang tidak lain adalah,
“Nenek!”
"Nek.. Uh.. Nenek dari
tadi menunggu disini?"
tanya roni degan menahan tangisnya.
"Iya.. Cucuku.. Nih nenek
kasih nasi tiwul+sambal buatan nenek untuk hadiahmu. Selamat tahun lee" kata nenek dengan wajah
bungah.
Tapi bagiku,
wajah nenek seperti bagaikan sebuah ranjau yang seketika menghancurkan hatiku. Sangat terharu !!
Bagaimana tidak? Seorang nenek sabar menunggu cucunya selam 5jam lebih. Hanya
untuk memberikan
kadonya untuk ultah Roni.
Dia tak kuasa menahan air matanya . Nenek mulai mendekati dan berbisik.
“Jangan
menangis, nanti nenek ikut sedih. Oiya obatnya tak lupa kan?"
Lagi-lagi kesalahan membuat tubuh
roni mengiigil. Air
mata deras mengalir untuk kesekian
kali. Bagaikan sebuah sumur yang terkuras oleh kemarau. Tak berbekas!
Apa
yang harus kukatakan?
“Apa
aku bilang lupa dan membuat hati nenekku hancur!! Aku benar-benar tak mau melakukannya!"
pikir roni.
Namun nenek
berkata. Seolah nenek bisa membaca apa yang dibaca cucunya.
"Tak
apa lee.. Nenek tau kamu tidak
membelikan karena
untuk membeli makanan. Ya nenek juga sudah agak mendingan" Tanpa banyak bicara
roni raih kado dari nenek (nasi tiwul dari jam 5tadi dan hampir basi) dengan
lahap dengan menahan air mata nya yang hampir terkuras tak tersisa. Dan
setelahnya roni memeluk erat neneknya.
"Uh, untuk terakhir kalinya
dan mulai saat ini. Aku akan membuat nenek senang!!"
“Lee,
terima kasih” Nenek tersenyum haru.
Hujan
air mata dari keduanya tak dapat dibendung.
Bukan kesedihan, tapi kebahagian yang merubah segala hal menjadi lebih baik.
(Selesai)
(Selesai)
0 comments:
Post a Comment