Saturday, 27 December 2014



Cerita Motivasi : Pilihan

Karya : Ridho Rinumpoko


Hari menunjukkan pukul 1siang. Drap.. Drap terdengar langkah kaki yang melangkah keluar dari sebuah sma, seraya membuka sebuah pesan yang tertera diponselnya.
"Nanti kamu datang ditaman alun-alun serta membawa obat asma ya.. Jangan lupa jam 5 sore tepat" pesan yang tertera pada ponsel tersebut tersebut yang dikirim oleh kakak sepupunya.

"Hah.. Padahal hari ini ulang tahunku" pikir roni. Diapun bergegas menuju sebuah apotek dengan membawa uang 5000. Sampai disana roni bertanya pada petugas disana
"Mbak, harga obat asma berapa?" tanya roni
"5000 dek.. " jawab petugas wanita
Mendengar hal itu, roni cukup kaget, padahal rencana uang itu digunakan untuk mentraktir temannya karna hari ini dia ulang tahun
"Gak jadi beli mbak.. Makasih" kata roni spontan
Diapun bergegas meninggalkan apotek seraya pulang kerumah untuk siap-siap. Dia tak sabar untuk menerima kejutan.
"Assalamualaikum.. Nek? Nenek?" teriak roni memanggil neneknya.
"Nenekmu sedang keluar!" jawab salah seorang tetangga yang kebetulan lewat.
"Oh.. Makasih bulek" jawab roni.. Ronipun segera mandi lalu dia mendapat pesan dari temannya : "Roni selamat ulang tahun.. Nanti pukul 07.00 malam pergi ke sma kita rayakan ultahmu sama-sama. Nanti biaya makan2 akan ditanggung oleh teman2mu"

Membaca pesan tersebut roni sangat girang dan bergegas ganti baju dan menyimpan uangnya tadi dirumah dan hanya membawa 2000.
Setelah ganti baju Ronipun segera membalas sms temannya : "Aku jam 6 stand by disana " dengan wajah berseri-seri.
Dia pun langsung pergi kesana pukul 05.00 sore. Memang, jam 5 terlalu awal untuk siapa saja. Tetapi, Roni juga tidak punya kegiatan lain. Hadir lebih awal sangat tepat baginya. Sembari membayangkan kejutan meriah dari teman-temannya.

Roni sudah duduk menunggu teman-temannya, tapi sudah jam 08.00 tak ada satupun temannya yang datang. Dia hanya duduk termenung, hingga waktu menunjukkan pukul 09.00. Lapar dan hauspun mulai menyerang perut Roni. Makanan mewah dari temannya yang dibayangkan ronipun seolah-olah mulai sirna terhapus oleh air mata yang menetes lembut karena kecewa. Dia sangat ingin sekali merayakan ultahnya, tapi disisi lain dia sangat lapar. Bimbang? Itulah yang saat ini melanda roni. Membeli makanan dengan harga 2000 untuk menghilangkan rasa lapar atau membeli sebuah lilin untuk merayakan pestanya seorang diri. "Lebih baik membeli lilin karena ulang tahunku 1 tahun sekali. Daripada membeli makanan, karena makanan bisa dibeli kapan saja" piker Roni dalam hatinya.

Akhirnya roni membeli sebuah lilin dan korek lalu dibawanya kerumah untuk dirayakannya sendiri. Tanpa teman-temannya, tetangganya. Tanpa siapapun. Mungkin sangat ironis jika merayakan sendiri. Namun, lebih ironis lagi jika Roni hanya diam dan menunggu sesuatu yang menjadi bualan teman-temannya. Bualan menjijikan yang menghancurkan rasa kepercayaannya kepada teman-temannya. Bualan yang membuat Roni semakin membenci dirinya sendiri. Semudah itukah dia ditipu?

Roni menyalakan sebual lilin di dalam kegelapan malam. Di rumah nan senyi, sepi. Menanggung sendiri dinginnya malam. Membiarkan angin lewat menusuk ke dalam badannya. Membuat dadanya sesak. Begitu perih, yang harusnya tidak dia rasakan pada waktu yang harusnya menjadi kenangan paling bahagia. Tapi kini percuma. Hatinya sudah hancur. Terlalu lama dia  kekecewa.

Dia mencoba tersenyum dan bernyanyi untuk menghilangkan kesunyian. Nyanyian kecil yang mustahil mengembalikan hatinya yang mungkin tak lagi utuh.
"Selamat ulang tahun Roni.. Selamat ulang tahun Roni.. Selamat ulang.. Sela...mat.. Uh ..uh" Roni tak sanggup lagi bernyanyi untuk dirinya. Api yang memancar terang dari sebuah lilin mati padam seketika. Air mata Roni yang berlinang memadamkan satu-satunya sinar yang menerangi Roni. Dia tak tahan lagi menahan perih yang dideritannya. Sangat perih. Tangannya memegang erat baju di dadanya. Dengan pelan, Roni kembali bernyanyi.

"tiup... Lillinnya.. Ti ... Tiup.. Li..lilinnya seka..rang juga uh..uh" Sambil menangis Roni meniup sebuah lilin yang sudah padam tersebut. Konyol. Ingin sekali, Roni meluapkan emosinya. Tapi kepada siapa? Akhirnya dia mengambil uang 3000 sisa. Dan mau membeli makanan untuk mengobati lapar serta siapa tau hatinya dapat kembali sembuh. Waktu menunjukkan pukul 23.00 hal itu menunjukkan jika ultahnya akan segera berakhir. Belum dia keluar rumah , tiba-tiba pesan masuk dari kakak sepepunya dengan kaliamy yang menyayat hati.

"Ron.. Kau ada dimana? Hah? Apa kau tak datang tadi sore jam 5 di Alon-alon...."
Astaga !! Roni kaget bukan main. Dia lupa jika dia disuruh menemui seseorang di Alon-alon. Diapun melanjutkan membaca pesan
"Apa kau juga lupa membeli obat asma. Apa kau tak sadar !! Nenek sudah menunggumu dari jam 5 !! Apa kau tak tau!! Ini sudah jam berapa???"
Jrass.. Seperti puluhan juta jarum menusuk hatiku setelah membaca pesan tadi. Aku tak menyangka jika nenek yang menungguku ! Aku tak menyangka jika nenekku menungguku sejak jam 5 sore.. Dan sekarang sudah jam 23.30 .. Aku sangat bersalah !! Aku jadi tak tau harus kuapakan otak bodoh ku ini !! Aku membiarkan seseorang nenek sendirian disana !! Ditambah lagi .. Obat asmanya?? Uangku tak cukup untuk membelinya !! Otakku blank !! Aku bergegas berlari sekuat tenaga untuk menemui nenekku dialon-alon !! Tak ada yang kufikirkan kecuali satu,
"Apakah nenek masih disana??"
Segera mungkin aku berlari. Aku benar-benar tak peduli dengan air mata yang tidak mau berhenti menetas. Kucari nenek. Hingga sampai auberdiri disebuah alon-alon yang telah dijanjikan.

Sepi, sunyi! Tak ada nenek disini!
"Wajar saja nenek tak ada. Dia sudah menungguku dari jam 5 sampai dan sekarang pukul 24.00" pikir Roni.

Lalu dimana nenek? Roni bingung. Beranjakpun sekarang susah. Tak terasa untuk kedua kalinya dia meneteskan air mata. Ingin rasanya roni berteriak,
"Nenek!!! Maafkan aku!"
 Tiba2.. Suara langkah kaki terdengar.. Srek.. Srek dari belakang Roni
"Ron.. Roni kau sudah datang" Kata seseorang yang tidak lain adalah,
“Nenek!”
"Nek.. Uh.. Nenek dari tadi menunggu disini?" tanya roni degan menahan tangisnya.
"Iya.. Cucuku.. Nih nenek kasih nasi tiwul+sambal buatan nenek untuk hadiahmu. Selamat tahun lee" kata nenek dengan wajah bungah.
Tapi bagiku, wajah nenek seperti bagaikan sebuah ranjau yang seketika menghancurkan hatiku. Sangat terharu !! Bagaimana tidak? Seorang nenek sabar menunggu cucunya selam 5jam lebih. Hanya untuk memberikan kadonya untuk ultah Roni. Dia tak kuasa menahan air matanya . Nenek mulai mendekati dan berbisik.


Jangan menangis, nanti nenek ikut sedih. Oiya obatnya tak lupa kan?"
Lagi-lagi kesalahan membuat tubuh roni mengiigil. Air mata deras mengalir untuk kesekian kali. Bagaikan sebuah sumur yang terkuras oleh kemarau. Tak berbekas!
 Apa yang harus kukatakan?
Apa aku bilang lupa dan membuat hati nenekku hancur!! Aku benar-benar tak mau melakukannya!" pikir roni.
Namun nenek berkata. Seolah nenek bisa membaca apa yang dibaca cucunya.
 "Tak apa lee.. Nenek tau kamu tidak membelikan karena untuk membeli makanan. Ya nenek juga sudah agak mendingan" Tanpa banyak bicara roni raih kado dari nenek (nasi tiwul dari jam 5tadi dan hampir basi) dengan lahap dengan menahan air mata nya yang hampir terkuras tak tersisa. Dan setelahnya roni memeluk erat neneknya.
"Uh, untuk terakhir kalinya dan mulai saat ini. Aku akan membuat nenek senang!!"
“Lee, terima kasih” Nenek tersenyum haru.
Hujan air mata dari keduanya tak dapat dibendung. Bukan kesedihan, tapi kebahagian yang merubah segala hal menjadi lebih baik. 

                                                             (Selesai)



0 comments:

Post a Comment