Jangan
sekali-kali melupakan sejarah
(Ir. Soekarno)
PENDAPAT PARA AHLI
Fisher mengemukakan bahwa studi komunikasi
berkembang dengan mendapat pengaruh dari tradisi-tradisi rektorika,
sosio-psikologi, bahasa dan matematik.
Heath dan Bryant (2000) juga mengemukakan empat tradisi,
yaitu rektorika, propaganda dan pengaruh media masa, transmisi dan penerimaan
informasi, serta dinamika kelompok dan perkembangan hubungan antarpribadi.
Ruben (1992) menjelaskan sejarah studi komunikasi
yang lebih komprehensif, dengan membuat kategori berdasar pada babak atau
tahapan studi komunikasi ke dalam enam tahap, yaitu (1) studi komunikasi awal,
(2) perkembangan percakapan dan jurnalisme, (3) pertumbuhan Interdispliner,
(4) integrasi, (5) pertumbuhan dan spesialisasi, serta
(6) abad
informasi.
SEJARAH STUDI KOMUNIKASI menurut
TRADISI/BIDANG KAJIAN
1. TRADISI RETORIKA: Basis studi komunikasi
(Periode klasik – abad ke-19)
Pentingnya berkomunikasi dan peranan komunikasi mulai muncul pada abad 5M
(Babilonia dan mesir kuno) yang mulai dirintis melalui ulasan sistematis oleh
kagemni dan ptah-Hopte (3200 – 2800 SM).
a. Segala aspek kehidupan yang
berlangsung di masyarakat yunani berlangsung
secara oral/lisan. Baik itu dalam hal pemerintahan, bisnis, hokum, maupun
pendidikan.
b. Setiap warga negara Yunani harus mempunyai pengacara sendiri, khususnya pada saat pengadilan
berlangsung untuk meyakinkan tim juri atas posisi kebenaran mereka.
c. Profesi pengacara sangat umum di Atena, sehingga secara resmi dihadapan public menjadi suatu
pekerjaan.
Pada waktu itu, Aristotle
telah mendefinisikan komunikasi sebagai
suatu proses dimana seorang orator atau pembicara membangun suatu argument untuk
dipresentasikan dalam suatu pidato kepada pendengarnya-sebuah khalayak.
Menurut Aristotle,
retorika hanya dapat menegakan kebenaran jika memenuhi kriteria berikut:
1.
Deliberatif, dimana retorika menggiring pendengar
ke suatu tindakan dalam konteks siding legislatif.
2.
Forensik, yang berhubungan dengan keadilan dan
pembelaan dalam suatu siding pengadilan.
3.
Epideitik, dakwah khotbah yang dibawakab secara
khas dalam konteks peristiwa atau upacara khusus.
Aristotle merumuskan retorika sebagai bidang
studi yang meliputi semua sarana persuasive, yang menuntut adanya tiga unsur
penting, yaitu:
1.
Etos (Kredibiltas sumber)
2.
Pathos (Himbauan emosional)
3.
Logos (Himbauan berdasar argument yang
logis)
Aristotle bersama Marcus Tuliud Cicero- dalam bukunya De Oratore, menyusun 5 unsur dasar,
yaitu:
1.
Invensi: Urutan argumen
2.
Disposisi: Pengorganisasian dan pengaturan ide.
3.
Ekolusi: Gaya bahasa atau pemilihan kata yang
tepat untuk digunakan mengekspresikan ide.
4.
Memory: Ingatan.
5.
Mengucapkan kata: cara menyajikan materi pembicara.
(Zaman Romawi kuno dan periode
1900-1950an)
o
Jurnalisme
adalah suatu laporan tentang sesuatu peristiwa yang ditampilkan secara
tertulis. Pada zaman Romawi Kuno, kaisar menyebarluaskan informasi kepada
rakyatnya melalui papan pengumuman di halaman istana kaisar yang disebut ACTA DIURNA.
o
Secara
etimologis, Acta Diurna berasal dari kata ACTA
yang berarti catatan, dan DIURNA
yang berarti harian. Berarti Acta Diurna artinya adalah catatan harian.
o
Kemudian
dikembangkan juga penyebaran informasi melalui Anales, yaitu papan pengumuman di gereja. Serta Acta Senatus, yakni papan pengumuman
yang memuat keputusan senat.
o
Menurut
Sunarjo (1983), Acta diurnal mewakili papan pengumuman dari pemerintah pada
tingkat pusat, sementara Anales mewakili berita lokal.
o
Kaum
Aristokrat, tuan-tuan dan hartawan selalu menyuruh budak-budaknya untuk mencari
dan mencatat serta menyampaikan informasi pada Acta Diurna kepada majikannya.
Karena tugasnya tersebut, para budak disebut sebagai DIURNARII.
o
Acta
Diurna dapat memperluas sumber berita dari pedagang, pengusaha yang sekarang
berkembang menjadi IKLAN.
o
Selanjutnya
Diurnari tidak hany bertugas dalam penyebebaran informasi, karena Acta Diurna
tersebut menumbuhkan lapangan pekerjaan baru, yaitu sebagai REPORTER.
3. PERTUMBUHAN INDISPLINER DAN AWAL STUDI KOMUNIKASI MASSA
(Tahun 1940an dan 1950an)
Ahli : Laswell, Shannon, dan Weaver,
Schramm, serta Katz dan Lazarsefeld.
- § Lingkup bidang komunikasi diperluas secara fungsional
- § Pada periode ini berkembang studi komunikasi secara indisipliner, terutama dilakukan di departemen-departemen psikologi, ilmu politik, sosiologi serta kelembagaan interdisipliner.
- § Studi dalam retorika dalam berpidato diperluas mencangkup: Interpretasi oral, suara dan diksi, debat, teater, fisiologi pidato, dan patologi pidato.
- § Kontribusi ilmu terhadap perkembangan ilmu komunikasi:
1. Antropolgi:
Posisi gerak tubuh pada budaya tertentu, dasar bagi Komunikasi non verbal.
2. Psikologi:
Esensi komunikasi adalah interaksi simbolik (proses pertukaran symbol) bermakna,
3. Bahasa: Struktur
dan pemakaian bahasa dalam perkembangan budaya, fungsi sosial, dan solidaritas.
4. Jurnalisme, dan komunikasi massa: Memunculkan media Televisi mendorong perkembangan studi
komunikasi.
4. INTEGRASI
(Tahun 1960an)
- Ø Akademisi mengadopsi komunikasi sebagai konsep yang sentral, yang signifikan dan merupakan aspek unik dari perilaku manusia bukan manifestari psikologi, sosiologi antarpolitis.
- Ø Para Ahli menyintesakan pemikiran Retorika dan Pidato, Jurnalisme, propaganda dan media massa serta disiplin ilmu sosial lainnya.
1. AHLI SOSIOLOGI : Fokus pada dinamika
kelompok, relasi sosial dan asal-usul sosial dari pengetahuan.
2. AHLI POLITIK : Menulis tentang peran
komunikasi dalam pemerintahan, opini public, propaganda dan membangun imej
politik.
3. AHLI ADMINISTRASI : Menulis tentang
organisasi, manajemen, kepemimpinan dan jaringan informasi yang memberikan
dasar bagi tumbuh kembangny Komunikasi Organisasi.
4. ANTROPOLOGI dan BAHASA: Memperjelas suatu
tahapan bagi munculnya Komunikasi kebudayaan sebagai suatu area studi (Ruben
1992)
Sumber :
Lubis, Djuara P. et al. Dasar-Dasar Komunikasi, Bogor: Sains KPM IPB Pres.
0 comments:
Post a Comment