Saturday, 28 February 2015


Karya : Ridho Rinumpoko


Bersyukurlah, bersyukurlah, bersyukurlah. Nilailah sesuatu hal dari yang paling dalam. Dari yang paling tidak kita ketahui. Percayalah. Kehidupan itu seperti bidak catur. Yang sudah jelas kemana tuhan akan memainkan kita. Tinggal bagaimana respon kita. Menerima atau tidak.

Laki-laki berbadan tinggi dan berkulit putih itu bernama Doni. Dia adalah murid terpandai di sekolahnya. Apapun dia miliki. Talenta, bakat, dan pamor. Mungkin itu menjadi permasalahan dalam menentukan siapa yang akan ia pilih sebagai pendampingnya kelak. Ya, dia tentu akan dibingungkan soal bagaimana mengimbangkan cinta dan gengsi. Karena sesungguhnya, dua hal tersebut amat mustahil untuk berjalan beriringan.

"Hey, lu ngapain ngelamu aja, rik?," sontak pemuda bernama Riki itu memalingkan wajahnya dengan muka yang amat kusam. Doni tertawa, Riki semakin menatap tajam isyarat ia tidak suka atas ekpresi Doni yang seakan menghinanya.

"Sudah tertawanya?" Doni terdiam. Ia tau jika Riki memang kesal hari ini.

"Ada apa?" Doni mencoba mendekatinya. Meski ia laki-laki yang cukup sempurna, namun ia tetap peduli dengan sahabatnya. Namun, Riki masih terdiam. Sesekali Riki melihat wajah Doni dan menghela nafas. Doni tahu, jika masalah Riki tentang wanita. Cinta.

"Soal gadis ya? Kau ditolak lagi?" ucap Doni pelan. Dengan hati-hati dia bertanya.  Dia tidak ingin ucapannya melukai perasaan temannya itu. Perlahan, Riki menganggukkan kepala.

"Ah.. sudahlah. Jodoh sudah diatur. Tenang saja," Doni mencoba menghibur Riki.

"Memang, tapi kalau kita tidak mencarinya bagaimana? Yah, kau bisa tenang dan bersantai karena semua hal yang didambakan gadis-gadis ada padamu, Don," Riki berdiri dan menepuk pundak Doni. Ia tersenyum pada Doni. Senyum yang membalut kekecewaan. Entah kecewa kepada siapa.

"Tidak. Kau tau? Aku juga bingung memilih siapa yang kusukai. Gadis yang tinggi, putih, pintar, sholehah, baik, dan jika perlu kaya. Dan itu sulit untuk dicari. Perlu kesabaran" ucap Doni menunggu. Memang berlebihan apa yang dikatakan Doni. Namun, bagi Riki itu adalah hal wajar yang memang pantas Doni ucapkan.

"Jodoh sudah diaturkan? jika mengikuti selera dan tipemu, bukan cinta sejati namanya" Celetuk dari Riki itu membuat Doni terdiam untuk beberapa saat. Kemudian. dia meninggalkan Doni dalam diamnya. Doni masih bertanya-tanya, apa maksud perkataan Riki. Cinta sejati? serumit itukah? bukannya cinta itu sederhana. Entahlah, biarlah seiring berjalannya waktu yang akan menjawabnya.

*****

Sudah beberapa hari, pernyataan Riki itu belum dapat ia terjemahkan apa maksutnya. Hingga membuatnya tidak bisa tidur. Doni jadi sering melamun dan resah. Bagaimana jika jodohnya jelek dan tidak sesuai dengan yang dia harapkan. Dan bagaimana jika Riki mendapatkan jodoh yang menjadi dambaan Doni. Itu bisa terjadi, kan? dan tentu Doni tidak bisa menolak. Dia mulai Resah.

"Hai nak, kenapa kamu bengong dan terlihat resah? kamu masih ingatkan jika pelajaran Bahasa Indonesia sedang berlangsung?" Doni tersentak dan malu dengan teguran Ibu Guru itu. Seluruh temannya sesekali melihatnya dengan berbagai ekspresi. Tiba-tiba Doni pun berdiri dan mengacungkan tangannya.

"Bolehkah saya bertanya, bu?"

"Silahkan, nak"

"Apa itu cinta sejati? Apakah hal tersebut didasari oleh apa yang kita inginkan dan menyebabkan kecintaan kita kepada sesuatu?" Doni bertanya dengan suara lantang. Beberapa temannya mengangguk. Mungkin, mereka setuju dan sependapat dengan pertanyaan Doni. Beberapa teman yang lain tertawa kecil. Dan Ibu guru tersenyum.

"Sebelum kujawab, apa kamu bisa membantuku mencari bunga yang paling bagus menurutmu. Tapi dengan satu syarat"

"Syarat?"

"Ya, jangan kembali melewati jalan yang sama. Dengan kata lain, jangan mundur. Kamu boleh mundur jika sudah mendapatkan bunga yang kamu pilih, namun berhentilah melanjutkan perjalanan kedepan" Karena Doni ingin segera tau jawabannya, ia langsung melaksankan apa yang diperintahkan ibu gurunya.

*****

Doni keluar kelas dan mencoba mencari teman yang bagus untuk mencari bunga yang paling bagus. Tentu saja, taman bunga adalah pilihat tepat. Sesampai di taman bunga itu dia mengamati dan mulai berjalan lurus dan memperhatikan bunga-bunga di sekitar ia berjalan. Tidak sampai 1 menit, Doni langsung menemukan bunga yang menarik hatinya. Ingin ia mengambil bunga tersebut, tapi rasa penasarannya melebihi apa yang dia ingin pilih. Kemudian, dia lanjut.

Selama perjalanan yang kurang lebih 100 meter itu, tidak ada lagi bunga yang bisa menarik hatinya. Dia semakin kesal, karena sampai ujung perjalanan tidak ada bunga yang ingin ia bawa. Kemudian, dia berjalan kembali untuk kembali ke kelas. Sekilas, dia melihat bunga yang menarik hatinya. Namun karena peraturan, bunga tersebut tidak dapat lagi dia ambil. Dia kecewa.

*****

"Maaf bu, agak lama" Doni tertunduk dan berjalan dengan tergopoh-gopoh. Kesal. Bukan karena tidak dapat bunga yang bisa ia bawa, tetapi dengan ini ia tidak akan mendapat jawaban tentang arti Cinta Sejati itu. Ibu guru hanya tersenyum.

"Tidakkah bunga yang menarik perhatianmu, nak?"

"Bukan, hanya saja.."

"Hanya saja?"

"Aku melawatkan bunga yang sangat menarik bagiku. Kupikir ada yang lebih baik, tapi nyatanya tidak ada. Aku sungguh menyesal" Doni tertunduk. Kemudian, ibu guru itu menghampirinya dan memandang wajahnya. Senyumnya mengartikan sesuatu. Dan Doni paham akan hal itu. Tapi dia tidak bisa lepas dari kekecewaanya.

"Kata orang, jodoh itu sudah diatur. Jodoh kita adalah cinta sejati kita. Namun, kata orang pula cinta itu sederhana. Dan kita pula lah yang membuatnya istimewa"

"Apa maksutnya?" Doni menatap balik beliau dengan penuh kebingungan. Mungkin, bahasa beliau terlalu tinggi untuk Doni cerna. Mungkin.

"Tuhan menciptakan jodoh dari apa yang kita butuhkan.Yang membuat kita nyaman dan menjadi lebih baik. Bukan yang kita inginkan. Itulah cinta sejati. Cinta yang kekal. Tetapi, semakin kita menuruti nafsu untuk mencari yang sempurna dari apa yang kita inginkan, maka kamu tidak akan mendapatkan apapun. Kenyamanan atau kebahagiaan".

Doni tersindir. Sekarang dia paham apa yang dimaksut oleh Riki. Ya, cinta sejati tercipta dari apa yang kita butuhkan. Tinggal kita mencari dengan hati, bukan dengan nafsu. Mulai saat itu, Doni lebih tenang. Dan kesalahan yang sama, tidak akan terulang sama halnya dia mencari bunga impiannya. Tidak lagi.

                                                                       (Selesai)
==============================

Nilai apa yang dapat diambil?
"JANGAN TERLALU AMBISIUS UNTUK MENDAPATKAN SUATU YANG LEBIH BAIK DAN BAGUS !! SEDANG KAU MELALAIKAN SUATU  HAL YANG BERGUNA BAGIMU TANPA BERSYUKUR PADA-NYA'
"DI DUNIA INI YANG SANGAT INDAH SANGAT BANYAK, TAPI TIDAK SEMUA BISA MENYEJUKKAN HATI SESEORANG"
"SYUKURILAH SEGALA YANG KAU PUNYA, KARNA BELUM TENTU MEREKA YANG DISANA PUNYA SESUATU YANG KAU PUNYA"

1 comments: